Kesuksesan hakiki

 


KESUKSESAN HAKIKI

Ukuran kesuksesan dalam pandangan mereka (bagi yang belum tahu siapa yang dimaksud mereka disini, bisa baca sudut pandang kebanyakan orangtua terhadap pendidikan) adalah ketika seorang sukses secara materi, atau sukses meraih kedudukan tinggi. Mereka akan sangat bangga dan merasa berhasil mendidik dan membesarkan anak-anak mereka, manakala anak-anak tersebut sukses menduduki suatu jabatan tinggi, atau berprofesi dengan profesi bergensi atau menjadi pebisnis besar. Mereka tidak peduli apakah anak-anak mengerti dan mematuhi tuntunan agamanya, ataukah malah jauh dari itu semua dan tidak mempedulikannya. Mereka hanya mengenal Islam pada momen-momen tertentu saja, setelah itu mereka kembali melupakan dan tidak mempedulikannya. Apakah mereka lupa, ataukah berpura-pura tidak mengerti alasan keberadaan mereka di dunia ini ? Ataukah mereka menyangka akan hidup selamanya di dunia ? Atau mereka mengira bahwa setelah kematian semuanya selesai begitu saja ?

Penjelasan :
1. Ukuran kesuksesan dalam pandangan mereka adalah ketika seorang sukses secara materi, atau sukses meraih kedudukan tinggi. Itu artinya kalau tidak mau disebut salah dalam menggunakan tolok ukur, berarti tolok ukur mereka terlalu sempit lagi pendek. Mengapa ? karena mereka mencukupkan diri hanya sampai 60 - 70 tahun saja, tidak mau lebih dari itu. Betul mereka memang sukses, tapi bukan kesuksesan hakiki. Dari mana 60 - 70 tahun saja ? Karena Rosul shollalohu 'alaihi wa sallama mengabarkan kepada kita "Umur-umur umatku antara 60 hingga 70 tahun, dan sedikit orang yg bisa melampui umur tersebut” (HR. Ibnu Majah: 4236, Syaikh Al Albani mengatakan: hasan shahih). Kekudukan yang tinggi, setinggi apapun kedudukannya selama masih di dunia, maka tingginya pun masih terbatas.
2.  Mereka akan sangat bangga dan merasa berhasil mendidik dan membesarkan anak-anak mereka, manakala anak-anak tersebut sukses menduduki suatu jabatan tinggi, atau berprofesi dengan profesi bergensi atau menjadi pebisnis besar. Maka, kamipun berdoa, agar mereka tidak tertipu, gelo dan nelongso di akhrinya. Begitu pula untuk kami, semoga Alloh menjaga kita dari hal ini.
3. Mereka tidak peduli apakah anak-anak mengerti dan mematuhi tuntunan agamanya, ataukah malah jauh dari itu semua dan tidak mempedulikannya. Jikapun peduli, itu hanya sedikit. Itu karena pada hakikatnya, mereka tidak menganggap penting tuntunan agama. Sehingga mereka tidak merasa butuh, tidak ada hati dengan agamanya. Apakah mereka merasa butuh sebagaimana butuhnya mereka terhadap makan, dan rupiah ? Padahal kita ini sangat membutuhkan tuntunan agama, melebihi butuhnya kita terhadap makan dan rupiah.
4. Mereka hanya mengenal Islam pada momen-momen tertentu saja, setelah itu mereka kembali melupakan dan tidak mempedulikannya. Saat Romadhon mungkin, itupun masih banyak yang tidak puasa dan tarowih. Saat hari raya mungkin. Atau sholat pas hari Jumat saja mungkin. 
5. Apakah mereka lupa, ataukah berpura-pura tidak mengerti alasan keberadaan mereka di dunia ini ? Ataukah mereka menyangka akan hidup selamanya di dunia ? Atau mereka mengira bahwa setelah kematian semuanya selesai begitu saja ? Hanya Alloh dan hati kecil mereka yang mengetahuinya. Wallohu a'lam.


**************************************************
Apalah artinya kesuksesan dalam kehidupan dunia yang singkat ini, jika ditempuh dengan cara yang berakibat pada kesengsaraan tiada akhir di akhirat. Kesuksesan hakiki adalah ketika seseorang pertama kali menapakkan kakinya di surga. Renungkanlah firman Alloh subhanahu wa ta'ala QS. Ali Imron ayat 185 berikut :
"Barang siapa dijauhkan dari Neraka dan dimasukkan ke dalam Surga maka, sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan."
Juga firman Alloh dalam QS. Al Hasyr ayat 20
"Tidaklah sama antara penghuni-penghuni Neraka dan penghuni-penghuni Surga, penghuni-penghuni Surga itulah orang-orang yang beruntung."

Penjelasan :
1. Apalah artinya kesuksesan dalam kehidupan dunia yang singkat ini, jika ditempuh dengan cara yang berakibat pada kesengsaraan tiada akhir di akhirat. Dan kami berlindung kepada Alloh dari hal ini. Selanjutnya kita harus berjuang untuk mengetahui dan menempuh jalan yang dengan nya Alloh menyelamatkan kita.
2. Kesuksesan hakiki adalah ketika seseorang pertama kali menapakkan kakinya di surga. Renungkanlah firman Alloh subhanahu wa ta'ala QS. Ali Imron ayat 185 berikut :
"Barang siapa dijauhkan dari Neraka dan dimasukkan ke dalam Surga maka, sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan."
Juga firman Alloh dalam QS. Al Hasyr ayat 20
"Tidaklah sama antara penghuni-penghuni Neraka dan penghuni-penghuni Surga, penghuni-penghuni Surga itulah orang-orang yang beruntung." Ini adalah sebagian ayat yang menyebutan tentang kesuksesan yang hakiki.


Denny Setiawan
26 Muharrom 1444 H / 24 Agustus 2022 M
Fiqih Tarbiyyah al Abna` wa Thoifatun min Nashoihi al Athibba`, karya Syaikh Mustofa Al Adawi. Penerbit : Dar ibnu Rojab.
Edisi terjemah Indonesia, berjudul Anakku! Sudah tepatkah pendidikannya. Penerbit Tim Pustaka Ibnu Katsir halaman xii - xiii (pengantar penerbit)

0 Komentar