ANAK MENGGUGAT ORANG TUA ?
Seseorang tidak mustahil akan digugat oleh anak yang dikasihinya kelak di hadapan Alloh. Anak yang selama kehidupan di dunia sangat dia kasihi dan dia banggakan, dia sekolahkan di sekolah terbaik, dia sediakan baginya segala fasilitas dan dia penuhi segala kebutuhan materinya, berubah menjadi musuh yang menggugatnya.
Segala kebutuhannya secara materi memang telah dia penuhi, namun pendidikan agamanya tidak pernah dia pedulikan, sehingga anak tersebut tumbuh dalam kebodohan dan jauh dari agamanya.
Penjelasan :
1. Seseorang tidak mustahil akan digugat oleh anak yang dikasihinya kelak di hadapan Alloh. Itu artinya nanti, di akhirat memang ada kejadian bahwa anak akan menggugat orangtuanya. Apakah dia anak durhaka ? Atau orangtuanya yang tidak amanah (kurang elok rasanya jika menggunakan bahasa orangtua yang durhaka) ?
2. Anak yang selama kehidupan di dunia sangat dia kasihi dan dia banggakan, dia sekolahkan di sekolah terbaik, dia sediakan baginya segala fasilitas dan dia penuhi segala kebutuhan materinya, berubah menjadi musuh yang menggugatnya. Ini tanda bahwa ada orangtua yang kasih sayangnya luar biasa namun kasih sayangnya tidak di atas ilmu. Kasih sayang yang didasari prasangka, bahwa ini kan baik, ini kan bagus, ini kan.... ini kan....
3. Segala kebutuhannya secara materi memang telah dia penuhi, namun pendidikan agamanya tidak pernah dia pedulikan, sehingga anak tersebut tumbuh dalam kebodohan dan jauh dari agamanya. Inilah bukti kesalahannya. Pada hakikatnya bukan kebaikan yang mereka (para orangtua) berikan, namun justru mereka telah pelan-pelan sedang menghancurkan anaknya tanpa mereka sadari. Mengapa mereka tidak menyadarinya ? Lagi-lagi karena mereka melakukan itu semua tidak di atas ilmu. Agama (bagi orangtua model demikian) bukanlah perkara yang penting. Agama cukup sebagai identitas formalitas saja. Di saat ditanya, mereka pasti menjawab, "kami muslim", tapi mereka tidak tahu apa itu Islam. Agama bagi anaknya adalah barang asing. Agama bagi anaknya adalah sesuatu yang tidak asyik untuk diobrolkan. Tanpa terasa, waktu terus berjalan dan merekapun semakin dewasa. Ya.... dewasa secara usia, namun bodoh secara hakikinya. Pertanyaannya, siapakah penyebab, siapakah yang menjadikannya bodoh ? ya.... orangtua mereka sendirilah yang menjadikannya bodoh.
*********************************************
Dia tidak mengerti bagaimana seharusnya beraqidah, dan tidak dapat membedakan mana tauhid mana syirik ?
Dia tidak tahu tata cara dan kewajiban sholat serta berbagai ketaatan yang lainnya, sehingga dia meremehkannya.
Dia tidak dapat membedakan mana yang halal dan mana yang harom, sehingga semua diraup habis, tanpa memilih dan memilah apakah ini sesuatu yang dibolehkan atau dilarang ?
Penjelasan :
1. Dia tidak mengerti bagaimana seharusnya beraqidah, dan tidak dapat membedakan mana tauhid mana syirik ? Padahal aqidah adalah kebutuhan setiap manusia. Tauhid ibarat air untuk ikan. Tauhid adalah kehidupan. Sedang syirik adalah kebalikannya, yakni kematian. Tauhid menjadi hal yang aneh lagi asing, sedang syirik menjadi hal yang menakjubkan lagi mengasyikkan.
2. Dia tidak tahu tata cara dan kewajiban sholat serta berbagai ketaatan yang lainnya, sehingga dia meremehkannya. Dan ini adalah musibah sebenarnya. Disaat Alloh memudahkan untuk bermaksiat dan dia menikmatinya. Sedang untuk kebaikan Alloh mempersulitnya. Ini benar-benar musibah besar.
3. Dia tidak dapat membedakan mana yang halal dan mana yang harom, sehingga semua diraup habis, tanpa memilih dan memilah apakah ini sesuatu yang dibolehkan atau dilarang ? Alias dia menjalani hidupnya secara liar, ngawur, tanpa arah dan tanpa pendampingan. Dia menjalani kehidupannya persis seperti hewan bahkan lebih tersesat lagi. "......... Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi......" (QS. Al A'rof : 179)
*********************************************
Maka, hancurlah agamanya, rusaklah perilakunya dan suramlah masa depannya di akhirat. Karenanya, tidak heran jika anak tersebut nantinya menggugat orangtuanya, karena kelalaian orangtuanya yang membuatnya terjerumus dalam kesengsaraan.
Penjelasan :
1. Maka, hancurlah agamanya, rusaklah perilakunya dan suramlah masa depannya di akhirat. Maka, apalagi yang bisa diharapkan ? Kebaikan apa yang bisa menyelamatkannya ? Amalan mana yang bisa menghentikan kesengsaraannya ?
2. Karenanya, tidak heran jika anak tersebut nantinya menggugat orangtuanya, karena kelalaian orangtuanya yang membuatnya terjerumus dalam kesengsaraan. Orang tua mana yang mau digugat anak kesayangannya (di dunia). Wahai para orangtua, jangan atas nama kasih sayang, tapi engkau tidak menyempurnakan makna kasih sayang sesungguhnya, yakni kasih sayang yang menyelamatkannya yang tidak hanya di dunia namun terutama di akhirat sana.
*********************************************
Karenanya, sudah menjadi kewajiban dan tanggung jawab orang tua untuk memberikan perhatian lebih pada pendidikan agama anak-anaknya, melebihi perhatiannya terhadap hal lain, bahkan terhadap makan, minum dan kesehatannya.
Penjelasan :
1. Karenanya, sudah menjadi kewajiban dan tanggung jawab orang tua untuk memberikan perhatian lebih pada pendidikan agama anak-anaknya, melebihi perhatiannya terhadap hal lain, bahkan terhadap makan, minum dan kesehatannya. Maka, ayo segera kita introspeksi.... Apakah kita sudah menjadi orangtua yang baik bagi anak-anak kita ? ingat..... lagi-lagi baik di sini menurut Alloh dan Rosul-nya, bukan baik versi kita. Dan baik menurut Alloh dan Rosul-Nya itu kita dapat mengetahuinya jika kita belajar, fokus, mendalami pendidikan dan ajaran agama kita.
*********************************************
Karena kelalaian terhadap kebutuhan gizi dan kondisi kesehatan anak, hanya akan berdampak pada memburuknya kesehatan anak tersebut, atau maksimal mengantarkannya pada kematian. Namun kelalaian terhadap pendidikan agamanya akan sangat fatal akibatnya, karena akan membuatnya sengsara selama-lamanya dalam kehidupan akhirat.
Penjelasan :
1. Karena kelalaian terhadap kebutuhan gizi dan kondisi kesehatan anak, hanya akan berdampak pada memburuknya kesehatan anak tersebut, atau maksimal mengantarkannya pada kematian. Kita sering ngomel-ngomel jika anak kita kebanyakan chiki, kebanyakan makan es, kebanyakan sambel, kebanyakan gorengan, kebanyakan micin, dan lain sebagainya. Itu semua dilakukan karena "menjaga" mereka karena akan berdampak buruk untuk kesehatan mereka, karena semua yang kebanyakan alias tidak sesuai porsinya itu buruk. Namun ada yang jauh lebih buruk, yakni jika kita TIDAK "ngomel-ngomel" dengan segala hal yang membahayakannya di akhirat. TIDAK perhatian dengan kesehatan dan keselamatannya di akhirat.
*********************************************
Sungguh sangat mengherankan sikap sebagian orangtua, yang bersedih dan menangis ketika tubuh anaknya sakit atau mati, namun tidak demikian halnya ketika hati dan jiwanya sakit atau mati. Padahal mereka mengklaim sangat mencintai dan menyayangi anak-anaknya. Maka, apakah tindakan menjerumuskan anak ke dalam kesengsaraan dapat dikatakan sebagai ungkapan cinta dan kasih sayang ?
Kategori manakah cinta dan kasih sayang Anda wahai para orang tua ?
Denny Setiawan
29 Muharrom 1444 H / 27 Agustus 2022 M
Fiqih Tarbiyyah al Abna` wa Thoifatun min Nashoihi al Athibba`, karya Syaikh Mustofa Al Adawi. Penerbit : Dar ibnu Rojab.
Edisi terjemah Indonesia, berjudul Anakku! Sudah tepatkah pendidikannya. Penerbit Tim Pustaka Ibnu Katsir halaman xiv (pengantar penerbit)
0 Komentar