Anak, antara karunia dan ujian

 


ANAK, ANTARA KARUNIA DAN UJIAN

Teman-teman sekalian, Insya Alloh secara berseri kita akan belajar, mengambil faedah dan membedah buku (baik secara lisan maupun tulisan Insya Alloh) :
Fiqih Tarbiyyah al Abna` wa Thoifatun min Nashoihi al Athibba`, karya Syaikh Mustofa Al Adawi. Penerbit : Dar ibnu Rojab.
Edisi terjemah Indonesia, berjudul Anakku! Sudah tepatkah pendidikannya. Penerbit Tim Pustaka Ibnu Katsir.
Tanda "=>" adalah penjelasan dari yang membedah buku.

Dan untuk yang pertama, kita akan belajar bahwa :
ANAK, ANTARA KARUNIA DAN UJIAN.

Anak merupakan karunia sekaligus ujian bagi manusia.
=> Dari sini kita harus siap, mendapatkan kebahagian berupa anak, pun harus siap sedih, berjuang dan berkorban lantaran diuji dengan anak.
=> Dari sini kita tahu, sifat anak itu membahagiakan juga menyedihkan.
=> Siapapun yang mendambakan anak, siapkanlah 2 sudut pandang tersebut, karunia dan ujian. 
=> Maka, baik yang sudah punya anak atau yang belum memiliki anak, yang dilakukan adalah dekati Alloh, mintalah kepada-Nya perlindungan dari 2 ujian, ujian kebahagiaan dan ujian kesedihan, teruslah menuntut ilmu, fokus untuk memperbaiki diri.

Dalam persepsi Islam, anak merupakan amanat yang menjadi tanggung jawab orangtuanya. 
=> Di saat kita menyadari bahwa anak adalah amanah maka, pasti diminta pertanggung jawaban oleh yang memberi amanah.
=> Di saat kita menyadari bahwa anak adalah amanah maka, pasti kita harus maksimal dalam menjaganya.
=> Baik buruknya anak dipengaruhi baik buruknya orang tua. Jika kita ingin anak kita baik, maka jadilah orangtua yang baik. Apa kita mau anak kita jadi sebaliknya ?

Ketika pertama kali dilahirkan ke dunia, seorang anak dalam keadaan fitrah dan berhati suci lagi bersih. Kedua orangtuanyalah yang memegang peranan penting pada perkembangan berikutnya, apakah keduanya akan mempertahankan fitrah dan kesucian hatinya, ataukah malah merusak dan mengotorinya.
Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallama bersabda :
"Tidak ada satu bayi pun kecuali terlahir dalam keadaan fitrah (siap menerima Islam) namun kedua orangtuanyalah yang menjadikan Yahudi, atau Nasrani, atau Majusi (HR. Al Bukhori dan Muslim)
=> Kita, para orang tua adalah salah satu penyebab anak-anak itu lahir. Disaat kita "menghadirkannya" maka, kitapun harus bertanggung jawab atas "perbuatan kita". Jangan lepas tangan. Mungkin suami hanya menyerahkan tanggung jawab ke istri, atau istri menyerahkan ke suami. Atau menyerahkan total ke sekolah, madrasah atau pondok. Maka, ini sebuah kesalahan.
=> Sebelum sekolah. madrasah, pondok atau tempat belajar lainnya, yang pertama dan utama adalah orangtuanya. Apapun dan bagaimanapun tempat belajar mereka yang terpenting adalah orangtuanya. 
=> Orangtua harus tahu bahwa anak kita memiliki fitrah yang bersih lagi suci, kita yang "menjadikan" mereka seperti apa. Jika ada keburukan yang dilakukan anak kita, introspeksilah!. Jangan hanya menyalahkan anak atau malah mencari kambing hitam.
=> Engkaulah wahai orang tua, yang menjadikan mereka tetap dalam fitrahnya atau malah yang merusaknya.

Seorang anak ibarat adonan yang siap dibentuk sesuka orang yang memegangnya, atau ibarat kertas putih bersih yang siap untuk dituliskan apapun di atasnya. 
Jika kedua orangtuanya membiasakannya dalam kebaikan, maka dia akan tumbuh menjadi anak yang baik. Sebaliknya, jika keduanya membiasakannya pada keburukan maka, dapat dipastikan dia akan tumbuh menjadi buruk pula.
=> Yang terpenting adalah kita, iya kita para orangtua, harus belajar, sehingga tahu mana yang baik dan mana yang buruk.
=> Baik dan buruk itu definisinya, standarnya bukan dari diri kita, namun baik dan buruk itu menurut Alloh dan rosul-Nya.
=> Jika menurut kita baik, tapi menurut Alloh buruk maka, sesuatu itu buruk.
=> Jika menurut kita buruk, tapi menurut Alloh baik maka, sesuatu itu baik.
=> Lagi-lagi untuk mengetahui itu baik menurut Alloh dan itu buruk menurut Alloh, kuncinya adalah ILMU.
=> Maka, JADILAH ORANGTUA YANG BERILMU.

Sadarlah..... betapa butuhnya kita kepada Alloh.
Untuk mengurusi anak saja kita lemah, butuh bantuan Alloh.
Oleh karenanya, mari bersama kita belajar, bersama kita menuju Alloh.

Wallohu a'lam.


Denny Setiawan
Anakku! Sudah tepatkah pendidikannya. Penerbit Tim Pustaka Ibnu Katsir halaman x - xi (pengantar penerbit)

0 Komentar